Profil Desa Tanjung
Ketahui informasi secara rinci Desa Tanjung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Tanjung, Kecamatan Klego, Boyolali, sebuah desa kreatif dan tangguh yang mengubah jagung dari lahan tadah hujan menjadi produk UMKM unggulan berupa emping jagung. Perekonomiannya ditopang oleh sinergi antara kearifan pertanian lokal, inovasi kaum per
-
Inovasi Emping Jagung
Desa ini dikenal sebagai pusat industri rumahan emping jagung, sebuah inovasi kreatif yang memberikan nilai tambah signifikan pada hasil panen jagung dari lahan tadah hujan yang menjadi komoditas utama.
-
Pilar Ekonomi Ganda
Perekonomian desa ini berdiri di atas dua penopang utama, yaitu sektor pertanian lahan kering yang tangguh di kampung halaman dan aliran remitansi dari para perantau yang bekerja di luar daerah.
-
Motor Pemberdayaan Perempuan
Industri emping jagung secara spesifik menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi bagi kaum perempuan dan ibu rumah tangga, memberikan mereka sumber pendapatan mandiri dan peran sentral dalam ekonomi desa.
Di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Klego, Boyolali, yang menuntut ketangguhan warganya dalam mengolah lahan, Desa Tanjung memancarkan rona kreativitas yang unik dan membanggakan. Jauh dari citra desa agraris pasrah, masyarakat di sini telah menemukan cara cerdas untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Dari bulir-bulir jagung yang dipanen di ladang tadah hujan, tangan-tangan terampil kaum perempuannya melahirkan sebuah produk kuliner khas yang gurih dan renyah: Emping Jagung.
Desa Tanjung ialah sebuah narasi tentang inovasi yang lahir dari akar tradisi. Kehidupan di desa ini ditopang oleh dua pilar yang saling menguatkan: semangat juang mereka yang bertahan mengolah tanah warisan leluhur, dan kerja keras para perantau yang menyokong pembangunan dari kejauhan. Namun inovasi emping jagung inilah yang kini menjadi identitas baru, sebuah simbol pemberdayaan dan bukti bahwa dari sumber daya yang terbatas sekalipun, kreativitas mampu menciptakan kemakmuran.
Sejarah Harum dari Pohon Tanjung
Seperti banyak desa di Jawa, nama Desa Tanjung diyakini terinspirasi dari kekayaan alamnya. Menurut cerita turun-temurun, nama desa ini berasal dari keberadaan pohon Tanjung (Mimusops elengi) yang besar dan rindang di masa lampau. Pohon ini dikenal dengan bunganya yang kecil namun menebarkan aroma wangi yang khas. Pohon tersebut kemungkinan besar menjadi penanda wilayah atau titik pertemuan bagi masyarakat, sehingga nama "Tanjung" pun dilekatkan sebagai identitas pemukiman mereka.
Secara historis, Desa Tanjung merupakan komunitas petani lahan kering. Masyarakatnya telah beradaptasi selama beberapa generasi untuk hidup harmonis dengan kondisi alam Kecamatan Klego yang didominasi lahan tadah hujan. Kearifan dalam memilih jenis tanaman yang tepat dan semangat gotong royong dalam menghadapi musim menjadi modal sosial utama yang membentuk karakter masyarakatnya yang ulet dan tidak mudah menyerah.
Geografi, Administrasi, dan Data Desa
Secara administratif, Desa Tanjung merupakan salah satu dari 13 desa yang berada di wilayah Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali, luas wilayah desa ini mencakup 3,88 kilometer persegi. Lahan di desa ini mayoritas dimanfaatkan sebagai tegalan (pertanian lahan kering) dan sawah tadah hujan.
Dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2023 yang tercatat sekitar 3.920 jiwa, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka 1.010 jiwa per kilometer persegi. Pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajarannya, yang berperan dalam memfasilitasi program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun batas-batas wilayah Desa Tanjung meliputi:
Berbatasan dengan Desa Karangmojo
Berbatasan dengan Desa Blumbang
Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Andong
Berbatasan dengan Desa Klego
Perekonomian Ganda: Bertahan di Lahan, Berjuang di Perantauan
Struktur ekonomi Desa Tanjung berdiri di atas dua fondasi yang sama pentingnya. Fondasi pertama ialah pertanian tadah hujan. Ini merupakan basis ekonomi tradisional yang menjadi sumber ketahanan pangan dan penghidupan utama bagi warga yang menetap di desa. Para petani di sini menanam padi gogo sekali setahun saat musim hujan, yang kemudian dilanjutkan dengan menanam jagung, singkong, dan kacang-kacangan saat musim kemarau. Sistem ini membutuhkan kerja keras dan pemahaman mendalam akan siklus alam.
Fondasi kedua ialah fenomena perantauan (merantau). Seperti banyak desa di wilayah dengan peluang kerja lokal yang terbatas, sebagian besar pemuda dan usia produktif di Desa Tanjung merantau ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan. Kiriman uang (remitansi) dari para perantau ini menjadi mesin penggerak signifikan bagi perputaran ekonomi di desa. Dana ini tidak hanya menopang kebutuhan konsumsi keluarga, tetapi juga menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan rumah dan modal bagi usaha-usaha kecil.
Emping Jagung: Inovasi Gurih Pemberdayaan Perempuan
Di tengah dua pilar ekonomi tersebut, sebuah inovasi cerdas lahir dan kini menjadi ikon baru Desa Tanjung: industri rumahan emping jagung. Kerajinan kuliner ini menjadi jawaban kreatif atas melimpahnya hasil panen jagung di desa. Alih-alih menjual jagung dalam bentuk mentah dengan harga yang relatif rendah, masyarakat, terutama kaum perempuan, mengolahnya menjadi produk bernilai jual lebih tinggi.
Industri ini sebagian besar digerakkan oleh ibu-ibu rumah tangga dan kelompok-kelompok wanita tani. Proses pembuatannya, meskipun terlihat sederhana, membutuhkan ketelatenan dan keterampilan khusus:
Biji jagung pilihan direbus hingga matang.
Setelah ditiriskan, biji jagung dipipihkan satu per satu menggunakan palu atau alat khusus hingga menjadi lempengan tipis.
Lempengan tipis ini kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
Setelah kering, emping mentah siap untuk digoreng menjadi kerupuk yang renyah dan gurih.
Kehadiran industri emping jagung ini memberikan dampak sosial dan ekonomi yang luar biasa. Secara ekonomi, ia menciptakan sumber pendapatan tambahan yang signifikan bagi keluarga, langsung dari halaman rumah mereka. Secara sosial, industri ini telah menjadi motor pemberdayaan perempuan, memberikan peran produktif bagi ibu-ibu rumah tangga dan meningkatkan kemandirian finansial mereka. Emping Jagung dari Tanjung kini mulai dikenal sebagai oleh-oleh khas dari wilayah Klego.
Visi Pembangunan: Dari Produk Lokal Menuju Pasar yang Lebih Luas
Melihat potensi besar dari industri emping jagung, Pemerintah Desa Tanjung kini berfokus untuk mengangkat produk unggulan ini ke level yang lebih tinggi. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah standarisasi kualitas, pengemasan yang lebih modern dan menarik, serta akses pemasaran yang lebih luas di luar pasar lokal.
Kepala Desa Tanjung, Bapak Joko Pramono, menyuarakan visi ini. "Emping jagung ini harta karun Desa Tanjung. Visi kami yaitu mengangkatnya dari produk rumahan menjadi oleh-oleh khas Boyolali yang dikenal luas. Kami akan mendukung dari sisi pelatihan pengemasan, membantu dalam pemasaran digital, hingga memfasilitasi pengurusan izin usaha dan sertifikasi agar produk ibu-ibu ini bisa `naik kelas`," jelasnya.
Dengan dukungan pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan program pemberdayaan lainnya, diharapkan industri emping jagung ini dapat berkembang menjadi lebih profesional. Mimpi besarnya ialah menjadikan Desa Tanjung sebagai sentra produksi emping jagung terkemuka, yang pada akhirnya dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja di desa dan membuat tradisi merantau menjadi sebuah pilihan, bukan lagi satu-satunya jalan. Melalui inovasi dan kerja keras, Desa Tanjung membuktikan bahwa dari lahan yang kering sekalipun, dapat tumbuh kreativitas yang subur dan menyejahterakan.
